Senin, 26 Oktober 2009

300 Ribu Rumah Di Jateng dan DIY Tak Tahan Gempa

Yogyakarta, Cybernews. Intensitas kejadian gempa bumi di seluruh bagian Indonesia semakin meningkat. Untuk mengurangi jumlah korban yang ditimbulkan jika terjadi gempa, masyarakat diimbau untuk mengecek kembali kekuatan konstruksi bangunan rumahnya apakah sudah layak dan tahan gempa atau tidak.

Di Jateng dan DIY, sedikitnya 300 ribu rumah belum memenuhi syarat tahan gempa.

"Perlu menelusuri sejarah pembuatannya, untuk mengetahui ada dan tidaknya kerangka beton, kalau perlu dilakukan perbaikan," kata Dosen Arsitektur FT UGM Dr Ir Ikaputra MSc mengomentari banyaknya rumah tidak tahan gempa di Indonesia, di kampus UGM.

Menurut Dia, penelusuran sejarah pembuatan rumah itu sangat penting karena mayoritas bangunan rumah di Indonesia tidak menggunakan jasa arsitek dan konstruktor. Meski begitu, bukan jaminan bangunan yang dihasilkan bisa tahan gempa. Pasalnya, bangunan publik yang menggunakan jasa arsitek dan konstruktor pun juga bisa hancur karena perilaku pemborong yang koruptif saat membangun.

Di samping pengetahuan masyarakat tentang kekuatan rumah terhadap gempa masih sangat rendah. Ia berpendapat, perlu dilakukan pemberian pengetahuan kepada masyarakat tentang jenis bangunan yang kuat menahan gempa dalam skala tertentu. terutama daerah yang belum mengalami gempa saat ini.

Beberapa tip yang bisa dilakukan untuk melakukan pengecekan rumah apakah rawan dan tidaknya terhadap gempa, di antaranya dengan mengecek tiang tembok apakah berisi beton atau tidak. "Ketok pojok bangunan sebagai kolom (tiang beton), apakah sama dengan dinding, berarti tidak ada tulangan. Apabila dipaku, lalu bengkok berarti ada betonnya," paparnya.

Ia pun tidak sependapat jika rumah harus simetris atau asimetris untuk menentukan rawan atau tidaknya terhadap gempa. Namun yang perlu diperhatikan adalah perilaku dalam membangun rumah yang sesuai dengan arsitektur dan konstruktor teknik sipil.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar